Senin, 10 Agustus 2015

17.05 | by Smpn 2 Srengat | No comments
Candi Mleri, Obyek Wisata Budaya dan Sebagai Media Serta Sumber Belajar

Salah satu candi yang berada di wilayah Blitar bagian Barat adalah candi Mleri,tepatnya berada di Desa Bagelenan,Kecamatan Srengat,Kabupaten Blitar, dengan posisi di sebelah selatan Gunung Pegat. Candi Mleri sampai sekarang kondisinya masih cukup terawat dengan baik, walaupun sebenarnya perlu mendapat perhatian dan perawatan  yang lebih bagus lagi mengingat fungsinya yang sangat besar, baik di bidang pariwisata maupun bidang pendidikan. Selain itu sudah selayaknya peninggalan-peninggalan sejarah yang ada harus kita jaga dan kita lestarikan, agar warisan budaya tsb. tidak punah dan tetap dapat dimanfaatkan untuk kepentingan di masa yang akan datang.
Candi Mleri yang secara astronomis berada di antara 08 03 374' LS dan 112 05 099' BT  merupakan Candi peninggalan kerajaan Singasari. Candi ini dinamakan “Candi Mleri” yang artinya “tempat peristirahatan/”panglerenan”. Di Candi Mleri terdapat abu jenazah Ranggawuni (Raja Singasari III), yang bergelar “Sri Wisnu Wardhana” beserta istrinya dan enam perajurit yang belum diketahui identitasnya. Candi Mleri juga dikenal dengan nama “Kekunaan Mleri“. Di Candi Mleri terdapat “Yoni” yang melambangkan wanita dan “Lingga” yang melambangkan pria, “Swastika” yang menunjukkan arah mata angin, prasasti yang bertuliskan “Hawi gena wastu yang sukma” yang artinya Assalamu’alaikum “Mugirahayuo” dan terdapat gambar Ganesha, patung Kalla yang menunjukkan tahun 1222 (hidung satu, mata dua, telinga dua, dan jari menunjukkan angka dua).
Menurut Kitab Negarakertagama Wisnuwardhana didharmakan dengan wujud arca Siwa di Waleri (Mleri) dan dalam bentuk arca Sugata (Budha) di Jajaghu (Candi Jago).Pembuktian lainnya terpahat di balik arca durga, dengan angka tahun 1102 saka.

Dikawasan ini terdapat berbagai artefak-artefak seperti yoni, lingga, antevik, swastika(kompas pada masa itu), kala, prasasti, dan relief-relief yang indah. Diantara relief-reliefnya terdapat relief yang sangat terkenal, yaitu relief harimau putih. 
Antevik adalah unsur bangunan yang berfungsi sebagai hiasan bagian luar bangunan candi dalam bentuk segitiga meruncing. Kala. Penggambaran kala sering dilengkapi dengan tangan bercakar dan semacam tanduk di bagian kepala.  Kala bisanya terletak di bagian ambang pintu maupun di atas relung-relung candi. Lingga. Lingga adalah simbol aspek pria, juga sebagai penggambaran Dewa Siwa. Swastika. Swastika adalah semacam penunjuk arah atau kompas. Yoni. Yoni adalah simbol aspek wanita yang juga merupakan penggambaran istri Dewa Siwa (dewa dalam agama Hindu). Biasanya digambarkan dalam kesatuannya dengan lingga. Berdasarkan adanya lingga dan yoni, diperkirakan bahwa latar belakang keagamaan dari Kekunaan Mleri adalah agama Hindu.

Berdasarkan sejarah  keberadaan candi Mleri, beserta benda-benda bersejarah yang tersimpan di candi tersebut maka sangat cocok bila candi Mleri dijadikan sebagai obyek wisata budaya, yang tentunya dengan perawatan yang baik, bahkan perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung agar candi Mleri layak ditetapkan sebagai obyek wisata budaya.Fasilitas-fasilitas pendukung tersebut, misalnya tempat parkir, kamar mandi, tempat sampah, dan pelebaran jalan menuju kecandi tersebut.
Selain sebagai obyek wisata budaya, candi Mleri juga dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar bagi siswa sekolah menengah pertama, khususnya untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII. Pemilihan candi Mleri sebagai media dan sumber belajar untuk siswa SMP kelas VII, sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan media belajar, yaitu fungsional, tersedia, murah, menarik, mudah, dan fleksibel. Fungsional dalam arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketersediaan artinya, pada saat diperlukan dalam pembelajaran, pengadaan media itu mudah. Murah, artinya media pembelajaran yang digunakan untuk melatih peserta didik  tidak harus yang mahal. Menarik, artinya media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah media yang menarik bagi peserta didik sehingga peserta didik termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran  secara lebih intensif. Mudah, artinya dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita. Fleksibel artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kompetensi dasar.
Bahkan candi Mleri dapat berfungsi sebagai laboratorium di luar ruangan, yang tentunya sangat menarik siswa untuk mengadakan pengamatan dan penelitian.Dan siswa yang belajar menggunakan media dan sumber belajar yang menarik, tentu mereka akan belajar dengan penuh semangat sehingga tujuan belajar diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.



Read More
17.04 | by Smpn 2 Srengat | 1 comment
9 Pantai Di Sekitar Pantai Jebring
Pantai Jebring merupakan pantai yang berada di sebelah Selatan Pulau Jawa. Tepatnya terletak pada Dusun Banyu Urip Desa Ngadipuro Kecamatan Wonotirto. Di sekitar pantai Jebring terdapat beberapa pantai seperti, Pantai Pudak, Pantai Bakung, Pantai Benelan, Pantai Dungdowo, Pantai Selok Dadap, Pantai Selok Kancil, Pantai Keben, Pantai Pricen, Pantai Wedi Ireng. Jumlah pantai di Kecamatan Wonotirto adalah 10 pantai.
Pantai Pudak. Pantai Pudak mempunyai air laut berwarna biru sangat jernih yang bisa menenangkan pikiran bagi siapa saja yang melihatnya secara langsung. Dari kejauhan tampak pulau-pulau kecil yang berada di tengah lautan serta tebing-tebing karang yang membatasi bibir pantai dengan lautan luas. Pasir yang berwarna putih kecoklatan menghampar dan menutupi seluruh permukaan Pantai Pudak yang cukup luas. Pantai yang cukup luas tersebut bisa digunakan sebagai tempat untuk bermain. Semilir angin laut yang berhembus menambah kesejukan suasananya.

Pantai Bakung adalah pantai terpanjang dari keempat pantai yang kami kunjungi kali ini. Sepintas kondisi pantainya mirip dengan Pantai Peh Pulo, daratan pantainya tidak hanya didominasi oleh pasir tetapi juga batuan karang alami. Dari pantai ini kami dapat menikmati formasi pulau karang yang nampak dari Pantai Dung Dowo dengan jelas. Sayang sekali pantai ini sedikit kotor.

Pantai Benelan, Sepintas Pantai Benelan memiliki kenampakan yang mirip dengan Pantai Selok Kancil. Yang membedakan adalah keberadaan sejumlah batuan karang dengan bentuk yang unik.

Pantai Dungdowo memiliki dua pantai yang dipisahkan oleh tebing. Kedua pantainya dihubungkan oleh batuan karang yang tersusun alami. Untuk melaluinya harus ekstra hati-hati, sebab kondisinya licin dan kadang-kadang dihantam ombak. Secara umum pemandangan di pantai ini cukup indah. Pasirnya putih dan pantainya bersih. Di hadapan kami juga disuguhi oleh formasi pulau karang yang indah.

Pantai Selok Dadap, Pantai Selok Dadap memang tidak begitu luas, tetapi itu semua tak mengurangi keindahannya. Suasana di sini cukup lengang dengan deburan ombak yang tak begitu besar, mungkin akibat dari geografis pantainya yang membentuk teluk kecil. Pasir pantainya coklat muda sehingga tak menyilaukan mata. Memang tidak berkilau, namun cukup mampu menenangkan hati di hari yang semakin senja.

Pantai Selok Kancil, Secara umum Pantai Selok Kancil memiliki luas yang tidak terlalu luas. Dari sini kami dapat melihat aktivitas kapal-kapal nelayan yang berlayar dari Pantai Serang.

Pantai Keben, Pantai Keben ini merupakan salah satu keindahan yang dimiliki Desa Ngadipuro, Kecamatan Wonotirto. Di Desa ini ada sebanyak 10 pantai yang berjajar dari Barat ke Timur. Lokasinya yang berdekatan membuatnya bisa dikunjungi dalam waktu hampir bersamaan.

Pantai Princen, Pantai Princen terletak diantara Pantai Jebring dan Wedi Ireng. Pantai ini tidak hanya sulit di jangkau, tetapi juga tidak memiliki akses dan tak terlihat. Dari Jebring kita hanya akan meilhat tebing raksasa di sisi timur, nah di balik tebing itulah Pantai Princen berada. Akses tercepat menuju Princen adalah dengan berlari secepat mungkin untuk menghindari hantaman ombak di bawah tebing Pantai Jebring. Tapi hal tersebut sangat berbahaya, dan diperlukan moment yang tepat, yakni saat pasat tiba. Dan kabar bagusnya, pasat tidak akan datang setiap hari. Oleh karena itu dalam perjalanan menuju Princen ini kami memilih mencari akses jalan lain. Akses ini memang lebih aman, tapi tak mudah untuk melaluinya.

Pantai Wedi Ireng, Pantai Wedi Ireng terletak di sebelah timur Pantai Jebring, secara administratif berada di Desa Ngadipuro, Wonotirto, Kabupaten Blitar. Perlu diketahui bahwa pantai ini berbeda dengan Pantai Princen yang terlatak di timur persis dari Pantai Jebring. Perbedaannya meliputi lokasi, akses dan kenampakan. Pantai Wedi Ireng telah memiliki akses berupa jalan tanah, sedangkan akses menuju Princen adalah dengan menyusuri pinggiran tebing ketika laut tengah surut. Secara kenampakan, yang membedakan kedua pantai itu adalah adanya Goa pada Pantai Princen.

            9 pantai tersebut dapat menjadi daya dukung bagi Pantai Jebring untuk menjadi obyek wisata pantai.

Daftar sumber.
https://travellers2009.wordpress.com/tag/pantai-bakung/

https://www.google.co.id/search?q=gambar+pantai+bakung&espv=2&biw=1366&bih=599&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIt8yZqeSdxwIVlAeOCh2t7wgC#imgrc=cT2SGbK0iDrYqM%3A
Read More
16.53 | by Smpn 2 Srengat | No comments

            Candi Penataran  terletak di desa Penataran , kecamatan Nglegok , Kabupaten Blitar, Jawa Timur , Indonesia. Lokasinya terletak di kaki Gunung Kelud . Candi Penataran atau nama aslinya adalah Candi Palah  adalah sebuah gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwatis .

http://www.google.co.id/search/q=candi+penataran&oq=candi+penataran&aqs=chrome..69i57.14901j0j7&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8
            Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak  di lereng barat daya Gunung Kelud , di sebelah  utara Blitar, pada ketinggian  450 meter di atas permukaan laut . Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan  Kadiri sekitar  tahun 1200 masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana , Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
            Dalam kitab Desawarnana  atau Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut sebagai bangunan suci “ Palah “ yang dikunjungi Raja  Hayam Wuruk dalam perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur . Pada tahun 1995 candi ini diajukan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dalam daftar tentatifnya

            Candi Penataran ,adalah sebuah candi berlatar belakang  hindu yang telah ada sejak kerajaan  Kediri digunakan   sampai era kerajan Majapahit  .Candi Penataran ditemukan  pada tahun 1815,dan belum banyak dikenal sampai tahun 1850.Komplek candi ini ditemukan oleh sir Thomas Stamford Raffles,yang merupakan Letnan Gubernur Jendral  pada  masa kolonial Inggris di Indonesia pada waktu itu.
            Raffles bersama – sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Penataran, dan hasil kunjungannya dibukukan dalam buku yang berjudul “History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Jejak Rafles ini dikemudian hari diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Cwarfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya Van meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N. W. Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di komplek Candi Penataran.
            Nama asli Candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dan dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Crnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Crengalancana Digwijayottungadewa. Raja Crnga memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindari mara bahaya yang disebabkanoleh Gunung Kelud yang sering meletus.
            CANDI PENATARAN telah dicanangkan sebagai LADEMARK WISATA NASIONAL. Sebuah langkah terpuji dari Pemerintah, mengingat fakta bahwa masih banyak misteri yang tersimpan di dalam Situs Candi Penataran yang belum terkuak dan masih menimbulkan banyak pertanyaan dan bahan diskusi bagi ahli purbakala Indonesia.
            Di Indonesia terdapat berbagai macam candi. Terutama di pulau Jawa ada bermacam –nmacamcandi yang tersebar mulai dari Jawa Timur sampai ke ujung Barat Pulau Jawa.
            Namun, ada beberapa kejanggalan yang bisa dilihat di beberapa candi yang ada di Pulau Jawa. Kejanggalan terlihatvdari patung dan relief yang ada. Kalau pengukuran secara tahun oleh arkeolog benar maka banyak hal yang tidak masuk akal di dua candi yang telah diteliti oleh para ahli purbakala, yaitu Candi Cetho dan Candi Penataran. (yang akan dibahas adalah khusus Candi Penataran).
            Sejalan dengan berjalannya masa ke masa, ternyata Candi Penataran masih tetap menyisakan misteri jika dihitung berdasarkan ukuran – ukuran tertentu arkeolog.
            Di bawah ini ada tulisan tentang MISTERI RELIEF PERAHU, yang konon sangat ganjil jika dikaitkan dengan kisah sejarah yang tertulis. Seperti diketahui, Candi Penataran konon terkait erat dengan Kerajaan Majapahit, yang menjadi asal usul istilah NUSWANTARA....atau NUSANTARA. http://www.eastjava.com/tourism/blitar/ina/penataran.html
Candi penataran merupakan salah satu candi yang merupakan peninggalan sejarah yang amat mempesona jika dilihat dari sisi keindahan dan juga budayanya. Candi penataran adalah komplek percandian yang terluas di Jawa Timur. Berdasarkan laporan Dinas Purbakala tahun 1914 – 1915 nomor 2045 dan catatan Verbeek nomor 563, Candi Penataran merupakan bangunan kekunaan yang terdiri atas beberapa gugusan sehingga disebut Komplek Percandian.
Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam, banyak bangfunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja ditinggalkan  oleh masyarakat penganutnya. Lama – lama bangunan – bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu, dilupakan orang – orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak belukar. Namun seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sehingga untuk saat ini sudah menjadi kompleks candi sebagai tujuan wisata yang indah dan menarik.
       Untuk sampai di lokasi percandian dapat ditempuh dari pusat kota Blitar ke Utara yaitu ke jurusan makam Bung Karno. Jarak antara kota dan sampai lokasi diperkirakan 12 kilometer. Apabila ditempuh dari kota Blitar, setelah mencapai 10 kilometer, kemudian sampai di pasar desa Nglegok, lalu diteruskan sampai pasar Penataran kemudian belok kiri menuju ke Percandian. Dari pertigaan pasar Penataran sampai ke lokasi hanya tinggal 300 meteran. Bagi pengunjung yang datang dari Kota Malang dapat ditempuh lewat pertigaan desa Garum kemudian belok kanan sejauh kurang lebih 5 kilometer sudah sampai di lokasi percandian.
Jumlah pengunjung candi Penataran tergolong tinggi. Menurut catatan jumlah pengunjung rata – rata dalam satu bulan mencapai sekitar 20.000 sampai 25.000 orang. Itu merupakan suatu jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan pengunjung candi lain. Setiap wisatawan seperti diwajibkan untuk mampir ke Candi Penataran. Mereka tertarik dengan keunikan dari candinya sendiri, yang bisa menjadi obyek pemotretan, sumber inspirasi bagi para seniman dan sebagai lahan bagi para pedagang kecil untuk menjajakan makanan atau cindera mata penitipan kendaraan maupun pemandu wisata hingga biro transportasi.
Candi Penataran termasuk dalam monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan kepercayaan yang dianut masyarakat dewasa ini. Bangunan candi tidak berfungsi lagi sebagai tempat ibadah atau sebagai tempat semedi melainkan sebagai tempat wisata. Para pengunjung yang datang dalam rangka menikmati seni dan budaya dari kekunaan dan ilmu pengetahuan. Kini 800 tahun lebih telah berlalu, komplek Candi Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan penuh keagungan dan kemegahan.


Read More
13.04 | by Smpn 2 Srengat | No comments
Kondisi Terkini Pantai Jebring


           Desa Ngadipuro memang terkenal dengan 10 pantainya yang indah, salah satunya adalah Pantai Jebring. Pantai Jebring bisa dikatakan merupakan pantai terunik diantara pantai-pantai lain di Desa Ngadipuro. Jika rata-rata pantai di desa ini memiliki pasir berwarna putih, Pantai Jebring justru memiliki pasir berwarna hitam yang masih jarang .   Pantai Princen disaat - saat tertentu akan bersatu dengan Pantai Jebring dan Wedi Ireng, menjadi satu pantai raksasa. Hal tersebut hanya akan terjadi saat terjadi pasat maksimal. Sayangnya peristiwa tersebut sangat langka.
Pasir yang ada di kawasan ini berwarna hitam lantaran terdapat bijih besi yang beberapa waktu lalu sempat menjadi tambang biji besi namun kini sudah tidak ada. Dengan adanya tambang yang sesaat ini perlu disyukuri, karena dengan adanya tambang tersebut pihak penambang telah membuatkan jalan sehingga kendaraan roda dua dan roda empat bisa sampai di lokasi dengan lebih mudah. Pantai yang cukup luas dan berpasir hitam ini, sampai saat ini belum menjadi obyek wisata di Blitar. Oleh karena itu apabila mau ke Pantai Jebring ini Anda harus membawa bekal sendiri, karena tidak ada yang menjual apapun di pantai ini. Ada sebuah warung tetapi sudah tidak difungsikan, karena warung tersebut digunakan saat masih ada penambangan pasir hitam di Pantai Jebring.
Di sepanjang jalan menuju Pantai Jebring jika kita melihat kiri dan kanan akan terluhat tanaman tebu lengkap dengan petaninya yang menggendong botol air mineral, karena kebanyakan profesi penduduk di sekitar Pantai Jebring adalah petani tebu. Jarak dari pemukiman penduduk terdekat ± dua kilo meter dari pesisir Pantai Jebring. Penduduk di sana pun masih kesulitan untuk mendapatkan air, mereka harus membeli jika mereka membutuhkan air untuk kebutuhan sehari – hari. Kalau anda memang baik hati maka Anda bisa membantu mereka dengan membawa sembako dan dibagi – bagikan kepada penduduk – penduduk di sekitar Pantai Jebring.
Di sana pun juga masih belum ada fasilitas yang menunjang pariwisata pantai, yang ada hanya dua gazebo sederhana yang masih terbuat dari bamboo dan beratapkan daun tebu. selain gazebo, di sana juga sudah terlihat tanaman – tanaman yang baru ditanam. kalu membawa kendaraan kita juga harus membawanya melewati pasir pantai yang sulit sekali dilewati, karena belum tersedia tempat parkir di sana. Apabila anda ingin berenang pastikan anda benar – benar bisa berenang dan ombaknya saat itu tidak terlalu besar, karena di Pantai Jebring belum ada polisi atau penjaga pantai. atau apabila anda tidak bisa berenang, anda harus mengurungkan niat untuk masuk ke dalam air.
Di sebelah barat pantai juga ada sungai berair tawar yang sangat lebar dan jernih, mungkin jika anda ingin berenang anda bisa mencoba berenang di situ. Jangan lupa apabila Anda berkunjung ke Pantai Jebring bawalah teman yang banyak dan dapat dipercaya, karena Pantai Jebring masih sangat murni atau jarang terjamah oleh pengunjung. Bahkan airnya pun sangat jernih dan bersih tak seperti kebanyakan pantai pada umumnya, yang sudah banyak dikunjungi dan membuat pantai tersebut menjadi kotor dan banyak sekali sampah yang mengambang di air.

Jadi kesimpulannya, apabila Anda ingin berkunjung atau memiliki agenda liburan. Maka saya punya ssul untuk berlibur ke pantai jebring. tapi, jangan menggunakan kendaraan yang tidak bisa digunakan untuk menanjak. Jangan lupa pula membawa bekal makanan sendiri dan untuk disumbangkan ke penduduk – penduduk yang ada di sekitar Pantai Jebring. Saat di Pantai Jebring jangan sia – siakan kesempatan itu untuk mengabadikan foto di dekat batu karang besar yang ada di pinggir Pantai Jebring.

Read More
11.01 | by Smpn 2 Srengat | No comments
                                                     Foto bersama di Balai Dusun Banyu Urip

                                                                  Foto di Pantai Jebring

                                                  Berfoto dengan  latar belakang tebing

                                                    Berfoto dengan anggota OSIS

                                                     Gazebo yang ada di Pantai Jebring


                                               Peta yang ada di  Balai Dusun Banyu Urip

                                                 Peta yang ada di  Balai Dusun Banyu Urip

                                                          SD Negeri Ngadipuro 3

                                                        SD Negeri Ngadipuro 3

                                               Perjalanan menuju Pantai Jebring

                                                   Petunjuk jalan menuju Pantai Jebring

 
 Perjalanan menuju Pantai Jebring


Berfoto bersama  di  Pantai Jebring

 Ombak di Pantai Jebring

Pasir hitam yang ada di Pantai Jebring
Read More
09.06 | by Smpn 2 Srengat | No comments

            Pada tanggal 23 Juni 2015 waktu Pondok Ramadhan kami bertiga dipanggil untuk berkumpul di ruang sekretariat SMP Negeri 2 Srengat, oleh  Ibu Srikin selaku guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Srengat. Bahwasanya ada lomba karya tulis ilmiah lagi yang diadakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan  Daerah Kabupaten Blitar. Lomba karya tulis ini bertemakan pengembangan potensi  wisata di Kabupaten Blitar. Kami pun berfikir bersama, tentang  wisata yang patut diangkat untuk dijadikan bahan pembuatan katya tulis ilmiah kami. Iis berkata "apa ya obyek yang patut diangkat?". Bu Srikin pun berkata “bagaimana kalau Sumber Kandangan’’ tiba – tiba Bapak Kholik Kusdianto selaku guru Matematika pun berpendapat “Jangan bu itu kurang menarik untuk diangkat menjadi objeknya, bagaimana kalau Pantai Jebring’’ . Bu Srikin dan kami sangat setuju terhadap pendapat Bapak Kholik Kusdianto .
            Akhirnya  pada hari Sabtu tanggal 30 Juni 2015 atau sekitar puasa ke empat belas kamipun mencari informasi seputar Pantai Jebring di media sosial, ternyata sangat minimalnya informasi tentang Pantai Jebring membuat kami tertantang untuk memilih Pantai Jebring sebagai obyek atau bahan pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Pada hari Rabu tanggal 1 Juli kami membuat proposal untuk mengunjungi Pantai Jebring. Akhirnya proposal  yang kami buat disetujui  oleh sekolah  atau Bapak Kepala Sekolah, bahwa tanggal 8 Juli kami  mengamati kondisi Pantai Jebring.
            Pada tanggal  8 Juli atau puasa ke 22 sekitar jam  tujuh kami  sudah berkumpul dihalaman sekolah atau di SMP Negeri 2 Srengat. Sekitar pukul tujuh lebih sepuluh menit kamipun berangkat menuju Pantai Jebring secara langsung, kamipun berangkat dari Srengat menuju Blitar lalu ke Lodoyo terus ke Ngeni . Di Kecamatan Wonotirto tepatnya di Desa Ngadipuro jalannya mulai rusak  berat ditambah  jalanya yang menanjak membuat kami menjadi ketakutan. Ibu Panca selaku guru seni budaya di SMP Negeri 2 Srengat  sampai turun dari sepeda motor  karena takut tergelincir karena jalanya bebatuan yang lumayan agak besar dan  jalanya aspal sangatlah sedikit dan ditambah rusak .
             Setelah sampai di Pantai Jebring kamipun turun dari sepeda motor dan kamipun terkejut . Ibu Endang pun berkata “subhanallah indahnya, tidak sia – sia kita datang ke sini’’. Kamipun mulai melihat dan mengamati kondisi Pantai Jebring, ternyata Pantai Jebring benar – benar indah. Tebing tebing yang ada di sekitar pantai sangatlah menarik dan bagus. Ada keunikan tersendiri dari Pantai Jebring dibanding pantai – pantai yang lainya karena jarang pantai yang mempunyai pasir yang berwarna hitam. Dan di sebelah barat Pantai Jebring ada sebuah sungai yang  berair tawar, ombak yang besar membuat Pantai Jebring semakin menarik untuk dinikmati. Sekitar pukul setengah dua belas kami menuju sebuah rumah  salah satu warga  Dusun Banyu Urip  yang bernama Doni Nur Arifin  untuk dimintai penjelasan tentang Pantai Jebring. Setelah kami mewawancarai seorang warga kamipun melanjutkan perjalanan menuju rumah kepala Dusun Banyu Urip yaitu Bapak S. Kartono. Kami bertanya tentang Pantai Jebring. Pukul setengah satu kami pun  pulang  menuju SMP Negeri 2 Srengat. Dan kamipun langsung pulang ke rumah masing
 - masing .
            Sabtu 11 Juli 2015, kami membagikan angket kemasyarakat di luar Kecamatan Wonotirto atau masyarakat Blitar. Sekitar pukul sembilan sampai sepuluh, pada tanggal 12 – 24 Juli, kami menyusun Karya Tulis Ilmiah. Jum’at 24 Juli pengesahan Karya Tulis Ilmiah oleh kepala sekolah SMP Negeri 2 Srengat. Tanggal  27 Juli  kami mengumpulkan naskah Karya Tulis. Jadi kesimpulanya pada saat Hari Raya Idul Fitri kami mengerjakan Karya Tulis Ilmiah.
Read More

Sabtu, 08 Agustus 2015

19.13 | Posted in by Smpn 2 Srengat | No comments
Read More
19.01 | by Smpn 2 Srengat | No comments

                Saat itu hari Rabu 24 Juni 2015 pagi, pukul 08.00 WIB. Kami Tim Peneliti SMPN 2 Srengat beserta guru – guru pendamping dan juga beberapa anggota OSIS berkunjung ke Pantai Jebring dengan mengendarai sepeda motor. Untuk berangkat, kami mengambil rute perjalanan dari Kota Blitar, menuju Kecamatan Lodoyo, lalu Desa Ngeni, dan Dusun Banyu Urip, Desa Ngadipuro.

 Pada saat masih di daerah perkotaan jalannya masih sangat nyaman dan layak digunakan, namun untuk jalan yang ada di lereng gunung juga di daerah pedesaan jalannya semacam aspal yang sudah rusak. Ada sebagian jalan dan jembatan yang sudah diperbaiki namun masih belum selesai. Kami pun juga melihat beberapa material – material seperti batu dan pasir di pinggir jalan, yang menandakan bahwa jalan tersebut sudah mulai diperbaiki.
                Setelah sampai di sebuah perempatan di dekat SDN Wonotirto 3 kami berhenti di sebuah joglo balai Dusun Banyu Urip, Desa Ngadipuro, Kecamatan Wonortirto, Kabupaten Blitar. Di sana terdapat beberapa gambar denah lokasi dan juga nama pantai – pantai yang ada di Kabupaten Blitar dan juga 10 pantai yang ada di Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Pada beberapa gambar denah tersebut di pojok kiri bawahnya terdapat tulisan KKN UGM 2012, yang berarti bahwa sudah pernah ada mahasiswa yang melakukan bakti sosial di Wisata Pantai Jebring.
                Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Jebring dengan harapan jalan yang tidak separah jalan yang kami lewati tadi. Namun ternyata, jalannya pun masih berupa tanah berbatu yang sangat beresiko tinggi membuat tergelincir pengendara sepeda motor. Bahkan salah satu dari guru pembimbing kami pun sampai turun dari sepeda motor dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki sampai menemukan jalan yang tidak begitu parah. Tetapi kebanyakan jalannya masih rusak parah dan banyak bebatuan. Jadi, dengan terpaksa Beliau pun memberanikan diri menaiki kendaraannya lagi.
                Di jalan menuju pantai kami melihat beberapa petunjuk di pinggir jalan yang menunjukan arah menuju ke pantai – pantai di Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Dan pada petunjuk – petunjuk itu pun di pojok kiri bawahnya juga terdapat tulisan KKN UGM 2012. Sesampai di jalan sekitar satu Kilo meter dari pesisir Pantai Jebring jalannya sudah dipasang beton – beton. Namun, belum tersedia tempat parkir di sana. Jadi, kami langsung memarkirkan kendaraan dan juga meletakkan barang - barang kami di salah satu gazebo sederhana yang terdapat di sana.
                Di Pantai Jebring tidak ada satu pun pengunjung selain kami. Dan belum memiliki fasilitas penunjang untuk pariwisata. Kami hanya melihat dua gazebo sederhana dan tumbuhan hijau yang baru ditanam. Pantai ini memiliki pemandangan yang sangat memanjakan mata, dan hawanya pun sangat sejuk dan menyegarkan. Di samping pantai terdapat tebing yang bagaikan tembok pembatas antara pantai satu dengan  lainnya, terdapat juga batu karang besar indah yang terdapat di pesisir Pantai Jebring.

                Dari pengalaman kami tersebut maka, untuk yang ingin berkunjung ke Pantai Jebring mereka harus membawa bekal sendiri dari rumah, dan juga mengendarai kendaraan yang kuat untuk tanjakan yang jalannya rusak. Dan usahakan pula tidak ingin buang air di sana karena tidak terdapat kamar mandi. Jika benar – benar tidak bisa ditahan pun harus ke permukiman penduduk yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi Pantai Jebring. Di permukiman penuduk pun tidak setiap rumah memiliki kamar mandi, di sana hanya terdapat kamar mandi umum yang sangat minim air.
Read More
12.38 | by Smpn 2 Srengat | No comments
Ternyata, Ada Wisatawan di Pantai Jebring


Setelah Bapak Ainul mengikuti technical meeting  kami bertiga dipanggil untuk menentukan judul apa yang akan kita angkat dalam lomba ini. Dari berbagai usulan Bapak atau Ibu guru dan teman – teman, kami menjelajahi Internet serta sumber lain, akhirnya kami memilih tema tentang Pantai Jebring yang menurut kami layak diangkat sebagai tempat untuk dikembangkan menjadi tempat pariwisata. Setelah itu kami membuat persiapan – persiapan antara lain, kata pengantar, pendahuluan, membuat daftar angket, pedoman wawancara, dan pedoman pengamatan serta menentukan hari kapan kita berkunjung ke sana, yang kemudian disepakati Minggu 21 Juni 2015. Sambil menunggu hari keberangkatan ke Pantai Jebring kami membuka Internet untuk menambah kepustakaan yang akan kami tuangkan dalam karya tulis nanti.
Rencana menuju Pantai Jebring yang semula akan dilaksanakan Minggu 21 Juni 2015, batal kerana Bapak Kholik Kusdianto, S.Pd (penunjuk jalan) ada kepentingan yang tidak bisa ditunda dan ditunda hari Rabu 24 Juni 2015. Bayangan kunikan Pantai Jebring yang sekali kami lihat di Internet membuatku semakin penasaran.
Hari Rabu 24 Juni 2015, jam 07.00 Bapak Ibu pembimbing kami bertiga bersama wakil OSIS berangkat menuju Pantai Jebring. Jumlah keseluruhan sepuluh orang dengan bersepeda motor beriringan di jalan rute Srengat, Blitar, Lodoyo, Ngeni dengan jalan mulus. Tapi kira – kira mendekati 37 kilometer dari Srengat jalan mulai rusak, motor terus berjalan lambat. Sampai pada jalan yang sangat rusak dan Bu Panca memilih turun dari motor karena takut terjatuh, melanjutkan perjalanan sambil berjalan kaki .Setelah naik turun tujuh kali ,sampailah kami di perempatan balai dusun Banyu Urip . Barulah kami menemukan peta Desa Ngadipuro, dan penunjuk jalan ke sepuluh pantai yang ada di Desa Ngadipuro . Setelah sekitar tiga kilometer dari balai dusun laut mulai terlihat keindahan laut . “ Woow, Eksotis ’’ bibir pantai yang indah yang ada di Internet, kata Bu Endang, tidak kalah dengan pantai lain. “Mengapa pantai seindah ini tidak dikembangkan ?” kata Bu Endang. “Mengapa jalan yang tidak terlalu terjal ini tidak diperbaiki”. “ Mengapa PEMDA tidak  membangun akses jalan, fasilitas? Dan masih banyak kata mengapa yang terlontar dari kami. Setelah mengamati ke sana ke mari dan ber “selfie” ria. Tepat pukul 11.00 kami bersiap diri untuk melanjutkan perjalanan untuk wawancara warga Dusun Banyu Urip, kepala Dusun Banyu Urip. Mengingat rencana wawancara dengan pengunjung yang akan kami lakukan tidak terlaksana karena  kami tidak bertemu dengan satu pengunjungpun di Pantai Jebring. Kunjungan kami ke rumah Bapak Kepala Dusun dan warga sekitar untuk melakukan wawancara berlangsung sekitar satu jam. Pukul 12 kami bersiap pulang

Tepat jam 13.45 kami sampai di sekolah. Selesai sudah perjalanan yang mengesankan hari ini. Kami pulang ke rumah masing – masing. Dua hari kemudian Bapak Ainul Hari, guru Bahasa Indonesia yang mengantar kami ke Pantai Jebring bercerita, kalau “Ponsel” yang diperkirakan hilang sewaktu dalam perjalanan ke Pantai Jebring sudah ketemu. Ternyata “Ponsel” itu ditemukan oleh pengunjung. Slamet, mantan siswa SMP Negeri Panggungrejo yang menemukan “Ponsel” tersebut di gazebo sederhana Pantai Jebring. Itu berarti ada pengunjung yang datang di Pantai Jebring selain kami untuk menikmati pemandangan di sana. 
Read More

Search Our Site