Setelah Bapak Ainul mengikuti technical meeting kami
bertiga dipanggil untuk menentukan judul apa yang akan kita angkat dalam lomba
ini. Dari berbagai usulan Bapak atau Ibu guru dan teman – teman, kami
menjelajahi Internet serta sumber lain, akhirnya kami memilih tema tentang
Pantai Jebring yang menurut kami layak diangkat sebagai tempat untuk
dikembangkan menjadi tempat pariwisata. Setelah itu kami membuat persiapan –
persiapan antara lain, kata pengantar, pendahuluan, membuat daftar angket,
pedoman wawancara, dan pedoman pengamatan serta menentukan hari kapan kita
berkunjung ke sana, yang kemudian disepakati Minggu 21 Juni 2015. Sambil
menunggu hari keberangkatan ke Pantai Jebring kami membuka Internet untuk
menambah kepustakaan yang akan kami tuangkan dalam karya tulis nanti.
Rencana menuju Pantai Jebring yang semula akan dilaksanakan
Minggu 21 Juni 2015, batal kerana Bapak Kholik Kusdianto, S.Pd (penunjuk jalan)
ada kepentingan yang tidak bisa ditunda dan ditunda hari Rabu 24 Juni 2015.
Bayangan kunikan Pantai Jebring yang sekali kami lihat di Internet membuatku
semakin penasaran.
Hari Rabu 24 Juni 2015, jam 07.00 Bapak Ibu pembimbing kami
bertiga bersama wakil OSIS berangkat menuju Pantai Jebring. Jumlah keseluruhan
sepuluh orang dengan bersepeda motor beriringan di jalan rute Srengat, Blitar,
Lodoyo, Ngeni dengan jalan mulus. Tapi kira – kira mendekati 37 kilometer dari
Srengat jalan mulai rusak, motor terus berjalan lambat. Sampai pada jalan yang
sangat rusak dan Bu Panca memilih turun dari motor karena takut terjatuh,
melanjutkan perjalanan sambil berjalan kaki .Setelah naik turun tujuh kali
,sampailah kami di perempatan balai dusun Banyu Urip . Barulah kami menemukan
peta Desa Ngadipuro, dan penunjuk jalan ke sepuluh pantai yang ada di Desa
Ngadipuro . Setelah sekitar tiga kilometer dari balai dusun laut mulai terlihat
keindahan laut . “ Woow, Eksotis ’’ bibir pantai yang indah yang ada di
Internet, kata Bu Endang, tidak kalah dengan pantai lain. “Mengapa pantai
seindah ini tidak dikembangkan ?” kata Bu Endang. “Mengapa jalan yang tidak
terlalu terjal ini tidak diperbaiki”. “ Mengapa PEMDA tidak membangun akses jalan, fasilitas? Dan masih
banyak kata mengapa yang terlontar dari kami. Setelah mengamati ke sana ke mari
dan ber “selfie” ria. Tepat pukul 11.00 kami bersiap diri untuk melanjutkan
perjalanan untuk wawancara warga Dusun Banyu Urip, kepala Dusun Banyu Urip. Mengingat
rencana wawancara dengan pengunjung yang akan kami lakukan tidak terlaksana
karena kami tidak bertemu dengan satu
pengunjungpun di Pantai Jebring. Kunjungan kami ke rumah Bapak Kepala Dusun dan
warga sekitar untuk melakukan wawancara berlangsung sekitar satu jam. Pukul 12
kami bersiap pulang
Tepat jam 13.45 kami sampai di sekolah. Selesai sudah
perjalanan yang mengesankan hari ini. Kami pulang ke rumah masing – masing. Dua
hari kemudian Bapak Ainul Hari, guru Bahasa Indonesia yang mengantar kami ke
Pantai Jebring bercerita, kalau “Ponsel” yang
diperkirakan hilang sewaktu dalam perjalanan ke Pantai Jebring sudah ketemu.
Ternyata “Ponsel” itu ditemukan oleh pengunjung. Slamet, mantan siswa SMP
Negeri Panggungrejo yang menemukan “Ponsel” tersebut di gazebo sederhana Pantai
Jebring. Itu berarti ada pengunjung yang datang
di Pantai Jebring selain kami untuk menikmati pemandangan di sana.
0 Komentar :
Posting Komentar