Candi
Penataran terletak di desa Penataran ,
kecamatan Nglegok , Kabupaten Blitar, Jawa Timur , Indonesia. Lokasinya
terletak di kaki Gunung Kelud . Candi Penataran atau nama aslinya adalah Candi
Palah adalah sebuah gugusan candi
bersifat keagamaan Hindu Siwatis .
http://www.google.co.id/search/q=candi+penataran&oq=candi+penataran&aqs=chrome..69i57.14901j0j7&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8
Candi
termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak
di lereng barat daya Gunung Kelud , di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut . Dari
prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada
masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri
sekitar tahun 1200 masehi dan berlanjut
digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana , Raja Kerajaan Majapahit
sekitar tahun 1415.
Dalam
kitab Desawarnana atau Nagarakretagama
yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut sebagai bangunan suci “ Palah “
yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam
perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur . Pada tahun 1995 candi ini
diajukan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dalam daftar tentatifnya
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi
Penataran
Candi
Penataran ,adalah sebuah candi berlatar belakang hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri digunakan sampai era kerajan Majapahit .Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815,dan belum banyak dikenal
sampai tahun 1850.Komplek candi ini ditemukan oleh sir Thomas Stamford
Raffles,yang merupakan Letnan Gubernur Jendral
pada masa kolonial Inggris di
Indonesia pada waktu itu.
Raffles
bersama – sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan
ke Candi Penataran, dan hasil kunjungannya dibukukan dalam buku yang berjudul
“History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Jejak Rafles ini dikemudian hari
diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Cwarfurd seorang asisten residen di
Yogyakarta, selanjutnya Van meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan
Rigg (1848) dan N. W. Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi
di komplek Candi Penataran.
Nama asli Candi
Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dan
dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Crnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja
Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Crengalancana Digwijayottungadewa. Raja
Crnga memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung
untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindari mara
bahaya yang disebabkanoleh Gunung Kelud yang sering meletus.
CANDI PENATARAN telah
dicanangkan sebagai LADEMARK WISATA NASIONAL. Sebuah langkah terpuji dari
Pemerintah, mengingat fakta bahwa masih banyak misteri yang tersimpan di dalam
Situs Candi Penataran yang belum terkuak dan masih menimbulkan banyak
pertanyaan dan bahan diskusi bagi ahli purbakala Indonesia.
Di Indonesia terdapat
berbagai macam candi. Terutama di pulau Jawa ada bermacam –nmacamcandi yang
tersebar mulai dari Jawa Timur sampai ke ujung Barat Pulau Jawa.
Namun, ada beberapa
kejanggalan yang bisa dilihat di beberapa candi yang ada di Pulau Jawa.
Kejanggalan terlihatvdari patung dan relief yang ada. Kalau pengukuran secara
tahun oleh arkeolog benar maka banyak hal yang tidak masuk akal di dua candi
yang telah diteliti oleh para ahli purbakala, yaitu Candi Cetho dan Candi
Penataran. (yang akan dibahas adalah khusus Candi Penataran).
Sejalan dengan
berjalannya masa ke masa, ternyata Candi Penataran masih tetap menyisakan
misteri jika dihitung berdasarkan ukuran – ukuran tertentu arkeolog.
Di bawah ini ada
tulisan tentang MISTERI RELIEF PERAHU, yang konon sangat ganjil jika dikaitkan
dengan kisah sejarah yang tertulis. Seperti diketahui, Candi Penataran konon
terkait erat dengan Kerajaan Majapahit, yang menjadi asal usul istilah NUSWANTARA....atau
NUSANTARA. http://www.eastjava.com/tourism/blitar/ina/penataran.html
Candi
penataran merupakan salah satu candi yang merupakan peninggalan sejarah yang
amat mempesona jika dilihat dari sisi keindahan dan juga budayanya. Candi
penataran adalah komplek percandian yang terluas di Jawa Timur. Berdasarkan
laporan Dinas Purbakala tahun 1914 – 1915 nomor 2045 dan catatan Verbeek nomor
563, Candi Penataran merupakan bangunan kekunaan yang terdiri atas beberapa
gugusan sehingga disebut Komplek Percandian.
Semenjak
runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam,
banyak bangfunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja
ditinggalkan oleh masyarakat
penganutnya. Lama – lama bangunan – bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan
itu, dilupakan orang – orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti
kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang
mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak belukar. Namun
seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat
terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sehingga untuk
saat ini sudah menjadi kompleks candi sebagai tujuan wisata yang indah dan
menarik.
Untuk sampai di lokasi percandian dapat ditempuh dari pusat
kota Blitar ke Utara yaitu ke jurusan makam Bung Karno. Jarak antara kota dan
sampai lokasi diperkirakan 12 kilometer. Apabila ditempuh dari kota Blitar,
setelah mencapai 10 kilometer, kemudian sampai di pasar desa Nglegok, lalu
diteruskan sampai pasar Penataran kemudian belok kiri menuju ke Percandian.
Dari pertigaan pasar Penataran sampai ke lokasi hanya tinggal 300 meteran. Bagi
pengunjung yang datang dari Kota Malang dapat ditempuh lewat pertigaan desa
Garum kemudian belok kanan sejauh kurang lebih 5 kilometer sudah sampai di
lokasi percandian.
Jumlah pengunjung candi
Penataran tergolong tinggi. Menurut catatan jumlah pengunjung rata – rata dalam
satu bulan mencapai sekitar 20.000 sampai 25.000 orang. Itu merupakan suatu
jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan pengunjung candi lain. Setiap
wisatawan seperti diwajibkan untuk mampir ke Candi Penataran. Mereka tertarik
dengan keunikan dari candinya sendiri, yang bisa menjadi obyek pemotretan,
sumber inspirasi bagi para seniman dan sebagai lahan bagi para pedagang kecil
untuk menjajakan makanan atau cindera mata penitipan kendaraan maupun pemandu
wisata hingga biro transportasi.
Candi Penataran
termasuk dalam monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi
dengan kepercayaan yang dianut masyarakat dewasa ini. Bangunan candi tidak
berfungsi lagi sebagai tempat ibadah atau sebagai tempat semedi melainkan
sebagai tempat wisata. Para pengunjung yang datang dalam rangka menikmati seni
dan budaya dari kekunaan dan ilmu pengetahuan. Kini 800 tahun lebih telah
berlalu, komplek Candi Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan
penuh keagungan dan kemegahan.
0 Komentar :
Posting Komentar